Jumat, 08 Juli 2011

GRAFIK

Kamis, 30 Juni 2011

TIPS KURUS



Menjadi orang gemuk tidak selalu enak. Bayangkan saja kalau kelebihan berat badan yang kita alami adalah karung beras. Kegemukan badan 50 kilo berarti sama seperti orang normal yang memiliki berat badan proporsional dengan tinggi badannya menangkat karung beras seberat 50 kg dipanggul sendiri.

Yang pasti capek deh energi kita habis sia-sia untuk mengangkat beban yang tidak seharusnya kita bawa. Jadinya ya boros energi, lebih baik ditransfer ke orang yang kelaparan di afrika sana.

Bosan jadi orang gendut? Mungkin tips dari website komunitas organisasi.org ini bisa sedikit membantu dan memberi semangat anda untuk hemat energi :D dengan melakukan beberapa hal berikut di bawah ini :

1. Makan Seperlunya Tapi Bergizi Cukup

Makan sebelum lapar dan hentikan makan sebelum kenyang adalah kebiasaan yang baik bagi orang yang kelebihan berat badan. Hitung semua unsur kandungan dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi seperti kalori, lemak, protein, karbohidrat, lemak, kolesterol, vitamin, mineral, dan lian sebagainya jangan sampai kekurangan dan jangan sampai kelebihan.

Puasa setiap hari pun sangat bagus bagi yang ingin menjadi kurus / ramping selama ketika sahur dan buka puasa tidak over acting makannya. Cara ini tidak hanya untuk orang islam saja dan apabila dilakukan secara benar akan membuat tubuh menjadi lebih sehat.

2. Ubah Dan Ganti Kebiasaan Makan Cemilan Sampah / Junk Food

Kalau belum kenyang mungkin ada suatu dorongan nafsu untuk makan sesuatu yang ringan-ringan. Banyak yang terjebak untuk mengkonsumsi makanan samapah alias junk food yang tidak mengandung gizi berarti dan cenderung dapat memberi dampak buruk pada tubuh akibat kandungan gula, garam, lemak, kolesterol, dsb yang melebihi ambang batas masuk ke perut kita.

Mulai saat ini ganti saja makanan sampah yang menjadi teman anda di kala agak lapar dengan sayur-sayuran segar yang bersih dan higienis. Memang rasanya tidak begitu enak, namun yang harus kita pikirkan adalah manfaatnya bagi tubuh kita.

3. Menerapkan Pola Hidup Sehat

Hindari menghisap rokok secarang langsung maupun tidak langsung dari perokok yang ada di sekitar kita, tidur dan istirahat yang cukup porsinya, olah raga yang teratur, medical check up secara rutin, makan makanan yang bergizi tanpa banyak bahan kimia, dan lain sebagainya.

4. Mengubah Kebiasaan Minum

Minumlah banyak air putih yang banyak minimal delapan gelas perhari untuk menjaga metabolisme tubuh kita serta menghindari terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan pada tubuh kita. Bagaimana pun jua air putih yang higien tetap air minum yang paling sehat untuk kita konsumsi.

Upayakan tidak minum air dingin ketika perut kita berisi makanan agar lemak bisa tercerna dengan baik dan tidak menggumpal / mengendap pada sistem pencernaan kita. Minumlah air bersuhu normal suam-suam kuku atau yang hangat demi kebaikan perut kita.

Hindari munuman yang mengandung gula, soda, kafein, energi instan, alkohol, dan lain sebagainya agar tidak memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan tubuh kita. Pada minuman pun terkadang mengandung suatu kandungan yang lebih besar dari makanan yang kita makan.

5. Aktif Beraktivitas Dan Sering Olahraga Fisik

Biasakan rutin dan rajin berolahraga fisik yang cukup berarti dan bisa membuat badan kita mengeluarkan banyak keringat dan melelahkan. Jangan berolah raga yang hanya menggunakan otak seperti catur, bridge, menembak, dan lain-lain.

Dalam kehidupan sehari-hari pun jangan sampai lepas dari aktivitas fisik yang membakar kalori kita seperti apabila bepergian jarak pendek jangan menggunakan kendaraan, jarak menengah dengan sepeda, ke atas dengan naik tangga bukan naik lift, cuci baju jangan paki mesin, cuci piring dengan tangan sendiri, dan sebagainya.

-----

Semangat, niat dan kerja keras anda sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Hati-hati dengan teknik atau metode menguruskan / melangsingkan tubuh secara instan dengan bahan kimia, obat-obatan dan lain sebagainya yang mungkin dapat memberikan efek yang berbahaya bagi kesehatan tubuh anda. Ayo semangat... tinggalkan karung beras yang anda bawa ke mana-mana.

LABIOPALATOSKIZIS



TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Labioplatoskisis
Adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah.Palatoskisi adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
1) LabioPalatoskisis
Merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah)
2) Bibir sumbing
Adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003)
3) Palatoskisis
Adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003)

- Beberapa jenis bibir sumbing :
a) Unilateral Incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
b) Unilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke hidung.
c) Bilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.


4) LabioPalatoskisis
Merupakan suatu kelainan yang dapat terjad pada daerah mulut, palato skisis
(subbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama
perkembangan embrio.

B. Etiologi
1. Faktor Herediter :
Sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan.
a. Mutasi gen.
b. Kelainan kromosom
2. Faktor Eksternal / Lingkungan :
a. Faktor usia ibu
b. Obat-obatan. Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin,
Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen,
Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik, Kortikosteroid
c. Nutrisi
d. Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella
e. .Radiasi
f. Stres emosional
g. Trauma, (trimester pertama).

C. Anatomi Fisiologi Mulut
a. Mulut (oris)
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan.
• Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :
1. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi.
2. Bagian rongga mulut ( bagian ) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lender mulut ditutupi ephitelium yang ber lapis-lapis , dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaputini kaya akan pembuluh daraah juga memuat banyak ujung saraf asesoris. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa.
• Ada beberapa bagian yang perlu diketahui ;
1. Palatum
a) Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris.
b) Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.
2. Rongga mulut
a) Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat dan gigi osterior tugasnya menggiling.
Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke 5. Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan formasio retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulakan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu.
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus di uraikan sebelum dapat digunakan.
Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder ;
• Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 3 geraham dan untu total keseluruhan 20 gigi
• Gigi sekunder, terdiri dari 2 gig seri, 1 taring, 2 premoral dan 3 geraham utuk total keseluruhan 32 buah.
Gigi ada 2 macam yaitu :
• Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan
• Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah
Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk kekedalam mulut di potong menjaid bagian-bagian kecil dan bercamput dengan saliva unutk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.
b) Lidah
Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya disebut sel sustentakular dan yang lainnya di sebut sel pengecap.
Lidah berfungsi untuk menggerakan makan saat dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi selaput lendir. Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu menelan supaya makanan tidak masuk kejalan nafas.
• Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian ;
 Radiks lingua = Pangkal lidah
 Dorsum lingua = Punggung lidah
 Apek lingua = Ujung lidah
• Pada lidah terdapat indera peraba dan perasa antara lain ;
 Asin dibagian lateral lidah
 Manis dibagian ujung dan anterior lidah
 Asam, dibagian lateral lidah
 Pahit dibagian belakang lidah
3. Kelenjar ludah
Yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di dalam rongga mulut dipersarafi oleh saraf tak sadar.
a) Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan kanan mandibularis pada duktus stensoni.
b) Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang, dukts wartoni
c) Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga mulut.

Fungsi saliva :
- Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado bolus
- Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga memudahkan lidah bergerak utnuk bericara
- Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah zat tepung menjadi maltose polisakarida
- Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam, disekresi kedalam saliva
- Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.

D. Patofisiologi
Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital yang memiliki prevalensi cukup tinggi. Bibir sumbing
Memiliki beberapa tingkantan kerusakan sesuai organ yang mengalami kecacatannya. Bila hanya dibibir disebut labioschizis, tapi bisa juga mengenai gusi dan palatum atau langit-langit. Tingkat kecacatan ini mempengaruhi keberhasilan operasi.
Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena tidak terbentuknya suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu pembelahan sel pada masa kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan zat besi, obat2 tertentu, radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing sering ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu hamil tanpa perawatan kehamilan yang baik serta gizi yang buruk.
Bayi-bayi yang bibirnya sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa kesulitan menghisap ASI, terutama jika kelainannya mencapai langit-langit mulut. Jika demikian, ASI dari ibu harus dipompa dulu untuk kemudian diberikan dengan sendok atau dengan botol berlubang besar pada bayi yang posisinya tubuhnya ditegakkan. Posisi bayi yang tegak sangat membantu masuknya air susu hingga ke kerongkongan. Jika tidak tegak, sangat mungkin air susu akan masuk ke saluran napas mengingat refleks pembukaan katup epiglottis( katup penghubung mulut dengan kerongkongan) mesti dirangsang dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta kelenjar liur.
Bibir sumbing juga menyebabkan
 Mudah terjadinya infeksi di rongga hidung,
 tenggorokan
 Tuba eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan) sebagai akibat mudahnya terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk ke rongga hidung dari celah sumbingnya.
1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio pada trimester I.
2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.

E. Manifestasi Klinis
Pada palatoskisis:
1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen incisive
2. Adanya rongga pada hidung
3. Distorsi hidung
4. Teraba celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari
5. Kesukaran dalam menghisap atau makan

F. WOC
LABIOPALATOSCIZIS
Faktor Herediter (Faktor Lingkungan)
Kelainan Kromosom Mutasi Gen Faktor Usia Ibu Nutrisi Obat-obatan Peny. Infeksi Stress Trauma Kegagalan perkembangan jaringan Penatalaksanaan Bedah lunak pd fase embrio Trimester I Pre Op
Gg gerakan lidah,langit2 & air liur Gagalnya Penyatuan Processus Kurangnya informasi Refleks epiglottis terganggu Maksilaris dan Processus Medialis Kurangnya pengetahuan tentang penyakit Terbelahnya bibir dan hidung Distersi Nasal Deformitas pd bibir Adanya celah pd bibir Post Op Gangguan Menelan Ketidakmampuan menghisap Terputusnya Jar.Kulit Suhu Tubuh ASI (Karena insisi bedah) Leukosit tinggi.

G. Komplikasi
1. Gangguan bicara dan pendengaran
2. Terjadinya otitis media
3. Aspirasi
4. Distress pernafasan
5. Risisko infeksi saluran nafas
6. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto roentgen
2. Pemeriksaan fisisk
3. MRI untuk evaluasi abnormal

I. Pemeriksaan Terapeutik
1. Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan
2. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat
3. Mencegah komplikasi
4. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan
5. Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan dengan pembedahan usia 2-3 hari atua sampai usia beberapa minggu prosthesis intraoral atau ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris, merangsang pertumbuhan tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan sebelum penbedahan perbaikan.
6. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.

J. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan bibir sumbing
Adalah tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan teknik bedah, orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringan yang ada, maka tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara bertahap.Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau sistemis.Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia pubertas.Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat cerat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masing-masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun,maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Perawatan Pra-Operasi:
1) Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.
a. Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka
b. Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.
c. Diskusikan tentang pembedahan
d. Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positif terhadap bayi.
e. Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.
2) Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan pengobatan bayi.
- Tahap-tahap intervensi bedah
- Teknik pemberian makan
- Penyebab devitasi
3) Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.
- Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.
- Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding mulut.
- Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.
- Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan
- Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
- Akhiri pemberian susu dengan air.
4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
a. Pantau status pernafasan
b. Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan
c. Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi
b) Perawatan Pasca-Operasi
1) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate
a. Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok.
b. Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.
c. Lanjutkan dengan diet lunak
d. Sendawakan bayi selama pemberian makanan.
2) Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.
a. Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
b. Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)
c. Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.
d. Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.
e. Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.
f. Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
g. Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.
h. Monitor keutuhan jaringan kulit
i. Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril, missal alat tensi.

BAB III
ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian
1. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur
2. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami trauma pada kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan,
pertambahan/penurunan berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran pernafasan atas.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiopalatoskisis dari keluarga, penyakit sifilis dari orang tua laki-laki.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik sumbing.
b) Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
c) Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
d) Kaji tanda-tanda infeksi
e) Palpasi dengan menggunakan jari
f) Kaji tingkat nyeri pada bayi
 Pengkajian Keluarga
a) Observasi infeksi bayi dan keluarga
b) Kaji harga diri / mekanisme kuping dari anak/orangtua
c) Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan
d) Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan mengatur perawatan di rumah.
e) Kaji tingkat pengetahuan keluarga

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan. (NANDA, 2005-2006)
2. Resiko Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks menghisap pada anak tidak adekuat. (NANDA, 2005-2006)
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan anatomis (labiopalatoskizis). (NANDA, 2005-2006)
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan. (NANDA, 2005-2006)
5. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan. (NANDA, 2005-2006)
6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit.
C. Intervensi
Rencana Keperawatan
No Dx Keperawatan Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional
1. Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan. Tidak akan mengalami aspirasi:
 Menunjukkan peningkatan kemampuan menelan.
 Bertoleransi thd asupan oral dan sekresi tanpa aspirasi.
 Bertoleransi thd pemberian perenteral tanpa aspirasi.  Pantau tanda-tanda aspirasi selama proses pemberian makan dan pemberian pengobatan.
Tempatkan pasien pada posisi semi-fowler atau fowler.
 Sediakan kateter penghisap disamping tempat tidur dan lakukan penghisapan selama makan, sesuai dengan kebutuhan. Perubahan yg tjd pada proses pemberian makanan dan pengobatan bisa saja menyebabkan aspirasi.
Agar mempermudah mengeluarkan sekresi.
Mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks menghisap pada anak tidak adekuat Menunjukkan status gizi :
 Mempertahankan BB dalam batas normal.
 Toleransi thd diet yang dianjurkan.
 Menyatakan keinginannya untuk mengikuti diet.  Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
 Ketahui makanan kesukaan pasien.
 Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.  Memberikan informasi sehubungan dgn keb nutrisi & keefektifan terapi.
 Meningkatkan selera makan klien.
 Meningkatkan sosialisasi & memaksimalkan kenyamanan klien bila kesakitan makan menyebabkan malu.


3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan anatomis (labiopalatoskizis). Menunjukkan kemampuan komunikasi :
 Menggunakan bahasa tertulis, berbicara atau nonverbal.
 Mengguanakan bahasa isyarat.
 Pertukaran pesan dengan orang lain.  Anjurkan pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan mengulangi permintaan.
 Sering berikan pujian positif pada pasien yang berusaha untuk berkomunikasi.
 Menggunakan kata dan kalimat yang singkat.  Melatih agar bisa berkomunikasi lebih lancar.
 Pujian dapat membuat keadaan klien akan lebih membaik karena mendapat dorongan.
 Membantu klien memahami pembicaraan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan. Meningkatkan rasa nyaman :
 Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
 Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (skala 0-10)
 Melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan.  Kaji pola istirahat bayi/anak dan kegelisahan.
 Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan kondisinya.
 Berikan analgetik sesuai program.  Mencegah kelelahan dan dapat meningkatkan koping terhadap stres atau ketidaknyamanan.
 Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pada sesuatu disamping diri sendiri / ketidaknyamanan dapat menurunkankebutuhan dosis / frekuensi analgesik.
 Derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan. Mencegah infeksi :Terbebas dari tanda atau gejala infeksi.
 Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat.
 Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi.  Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan, kepala agak sedikit tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat berakibat pneumonia.
 Kaji tanda-tanda infeksi, termasuk drainage, bau dan demam.  Meningkatkan mobilisasi sekret, menurunkan resiko pneumonia.
 Deteksi dini terjadinya infeksi memberikan pencegahan komplikasi lebih serius.
 Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit. Rasa cemas teratasi :
 Mencari informasi untuk menurunkan kecemasan.
 Menghindari sumber kecemasan bila mungkin.
 Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan.  Kaji tingkat kecemasan klien.
 Berikan terapi bermain kepada si anak untuk mengalihkan ras cemasnya.
 Berikan penyuluhan pada klien dan keluarga tentang penyakit dan proses penyembuhannya.  Untuk mengetahui seberapa besar kecemasan yang dirasakan klien sekarang.
 Untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan klien, berikan suasana yang tenang dan nyaman.
 Untuk mengetahui bagaimana untuk memudahkan memberikan support atau penyuluhan.

askep diabetes melitus



  1. Definisi
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demham tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya  insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).
Gangren adalah proses atau keadaan  yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. ( Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. ( Askandar, 2001).
  1. Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira – kira 15 cm, lebar  5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa  dan beratnya rata – rata 60 – 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan  embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
(1). Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
(2). Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 – 3 % dari berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m, terbanyak adalah yang besarnya 100 – 225 m. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1 – 2 juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
(1). Sel – sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 – 40 % ; memproduksi glikagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like activity “.
(2). Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat insulin.
(3). Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat somatostatin.
Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang  normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh  dua jembatan ( perangkai ), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4 – 7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel lemak.
  1. Etiologi
    1. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
  1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
  2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
  3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel – sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
  4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
  1. Gangren Kaki Diabetik
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen :  a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
4. Patofisiologis
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
  1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
  2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
  3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat  menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama  akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
  1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal  melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya  aliran darah  ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka  penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh (Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
5. Klasifikasi
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
Derajat 0       : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I       : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II      : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III     : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV    : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V      : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua golongan :
  1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :

PENGAMBILAN KEPUTUSAN




I.PENGERTIAN

Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan (decision making) diproses oleh pengambilan keputusan (decision maker) yang hasilnya keputusan (decision).
Defenisi-defenisi Pengambilan Keputusan Menurut Beberapa Ahli :

G. R. Terry
Pengambilan keputusan dapat didefenisikan sebagai “pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada”.

Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara bertindak—adalah inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.

Theo Haiman
Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan keputusan, suatu pemilihan cara bertindak. Dalam hubungan ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak yang dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti penempatan untuk mencapai sasaran dan pemecahan masalah.

Drs. H. Malayu S.P Hasibuan
Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada masa yang akan datang dan bagian dari tanggung jawab pimpinan organisasi yang membuthkan informasi lengkap, benar, dan up to date. Sebelum keputusan diambil, terlebih dulu perlu dirumuskan dan dibuat alternatif-alternatifnya. dari satu alternatif yang dipilih kemudian harus tetap dipantau pelaksanaanya.

II.Macam-Macam Keputusan
a. Keputusan Auto Generated
Keputusan semacam ini diambil dengan cepat dan kurang memperthatikan., mepertimbangkan data, informasi, fakta, dan lapangan keputusannya. Keputusan auto generated ini kurang baik, sebab resikonya tinggi.

b. Keputusan Induced
Keputusan induced diambil berdasarkan scientific managemen atau managemen ilmiah, sehingga keputusan itu logisk, ideal, rasional untuk dilaksanakan dan resikonya relative kecil; cuma proses pengambilan keputusan lebih lambat.


Pengambilan keputusan adalah manajer (pemimpin) baik secara “individual decision maupun group decision” yang mempunyai kewenangan untuk memutuskannya.
Individual decision, keputusan “hanya” ditetapkan oleh seorang manajer; sedang para bawahan hanya dapat berpartisipasi memberikan saran-saran, pendapat-pendapat, dan informasi saja, tetapi tidak berhak untuk ikut memutuskannya.

Kebaikannya:
1. keputusan dapat diambil secara cepat
2. penanggungjawab keputusan itu jelas
3. biaya pengambilan keputusan relative kecil
4. kecakapan seorang manajer dapat dimanfaatkan

Keburukannya:

1. keputusan itu kurang baik, sebab kemampuan decision maker terbatas
2. prestise manajer akan berkurang, jika keputusannya ternyata salah
3. realisasi keputusan mengalami kesulitan, sebab para bawahan kurang meresapinya
4. pembinaan bawahan kurang diperhatikan, karena mereka tidak diikutkan dalam menetapkan keputusan, akibatnya kesinambungan pimpinan oganisasi kurang terjamin

Group decision, keputusan itu ditetapkan oleh para anggota grup, baik atas hasil mufakat dan musyawarah, maupun atas voting. Dalam proses pengambilan keputusan anggota grup ikut berperan aktif membicarakan tujuan dari “keputusan, resiko, dan dampak keputusan serta ikut menetapkan keputusan tersebut”.
Kebaikannya:
1. keputusan rewlatif lebih baik, logis, ideal, sebab merupakan hasil pemikiran dari beberapa orang
2. kecenderungan untuk bertibdak otoriter dapat dihindarkan
3. kerjasama relative akan dapat ditingkatkan diantara sesama anggota grup
4. resiko dan dampak negative dari keputusan semakin kecil
5. pembinaan para annggota grup akan lebih baik

Keburukannya:
1. pengambilan keputusan relative lama, bahkan sering bertele-tele
2. biaya pengambilan keputusan relative lebih banyak
3. penanggungjawab keputusan kurang jelas
4. minoritas kadang-kadang terpaksa menyetujui keputusan karena kalah suara


III.Macam-macam keputusan

Menurut bidangnya, dalam usaha atau bisnis ada beberapa tipe keputusan sebagai berikut.

a. Keputusan produksi
Keputusan produksi berhubungan dengan :
1) Luasnya perusahaan
2) Susunan (lay out) perusahaan
3) Lokasi perusahaan
4) Metode-metode produksi
5) Pembayaran gaji atau upah
6) Riset pemasaran dan teknik
7) Praktek pembelian dan penjualan
8) Inspeksi supervisi
9) Jumlah inventaris

b. Keputusan penjualan
Keputusan penjualan berhubungan dengan :
1) Lokasi kantor-kantor penjualan
2) Riset pemasaran
3) Saluran-saluran pemasaran
4) Jenis dan luasnya reklame
5) Metode bidang penjualan
6) Pengepakan produk
7) Penggunaan merk dagang
8) Penetapan harga produk
9) Promosi dan distribusi


c. Keputusan permodalan
Keputusan permodalan berhubungan dengan :
1) Struktur modal
2) Usaha modal baru
3) Syarat-syarat kredit
4) Rencana permodalan kembali
5) Likuidasi
6) Pembayaran deviden
7) Jumlah tenaga kerja dan jam kerja
8) Penetapan biaya ekspolitasi.
9) Prosedur kantor.
10)Peleburan usaha atau bisnis
Keputusan yang diambil oleh seorang Wirausaha, hendaknya tidak semata-mata didasarkan atas aklamasi. Seorang Wirausaha yang efektif dan efisien dapat mengambil keputusan dengan sebaik-baiknya apabila didasarkan pada berbagai pendapat yang bertentangan, serta dialogdialog antara pandangan yang berbeda-beda. Setelah keputusan siap dibuat, dan semua alternatif telah dijajagi, serta risiko untung ruginya
sudah dipertimbangkan maka selanjutnya adalah membangkitkan keberanian untuk memutuskan suatu tujuan.
1. Keputusan yang benar dan efektif semata-mata dilandasi oleh
keinginan, selera, dan sifat subyektivitas si pembuat keputusan.
2. Kepribadian dan sikap Wirausaha dalam melaksanakan sebuah
keputusan dapat mempengaruhi hasil bisnisnya. Sekali sebuah keputusan sudah diambil, hendaknya jangan ragu-ragu untuk melaksanakannya.
3. Mengelak dalam membuat keputusan adalah lebih jelek daripada membuat keputusan yang salah.

Upaya-Upaya Pengambilan Keputusan

1.Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya

2 Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan

3. Membantu klien mengevaluasi pilihan

4. Membantu klien menyusun rencana kerja

IV.Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Fisik
Didasarkan pada rasa yang alami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
Emosional
Didasarkan pd perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

V.Jenis-jenis Keputusan

Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori: yaitu keputusan yang direncanakan/ diprogram dan keputusan yang tidak direncanakan/ tidak terprogram.
1.Keputusan yang diprogram
Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang diprogram misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).
2.Keputusan yang tidak diprogram
Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan(Wijono,1999).
Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang tidak diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono, 1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.
VI.PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
7 langkah Proses pengambilan keputusan, yaitu:
(1) Menetapkan tujuan dan sasaran
(2) Identifikasi persoalan
(3) Mengembangkan alternatif
(4) Menentukan alternatif
(5) Memilih alternatif
(6) Menerapkan keputusan
(7) Pengendalian dan evaluasi.
VII .TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. STANDARD AGENDA (Agenda Standa/SA):
Dikembangkan oleh John Dewey, pemikiran reflektif (tepekur/ kontemplasi) yang mencakup kehati-hatian, pendekatan sistematik utk sebuah masalah.
Ada 6 konsep Standar yg perlu dilakukan, yakni:
(a) Identifikasi masalah
(b) Analisis masalah
(c) Tentukan kriteria seleksi. Apa tujuan akhir diskusi?
(d) Membuat solusi umum. Hindari solusi “group thinking” dgn cara membuat list dari berbagai solusi yang ada.
(e) Evaluasi solusi dan seleksilah. Ukur masing2 solusi vs kriteria yg telah ditetapkan sebelumnya pada poin 3)
(f) Melaksanakan solusi.

2. NOMINAL GROUP TECHNIQUE (Tenik Kelompok Nominal/NGT)
adalah: alat yg digunakan utk membuat keputusan dalam kelompok, ketika kelompok harus membuat rank order dari berbagai pilihan atau opsi. Untuk dapat menggunakan NGT, anggota kelompok bekerja sendiri-sendiri à me-list semua alternatif penyelesaian masalah/isu. Kadangkala Nominal Group Technique digunakan setelah sessi brainstorming dilakukan. Kemudian, fasilitator kelompok meminta setiap anggota kelompok scr individual membuat opsi prioritas dari yg terendah sampai yang tinggi prioritasnya. Akhirnya, fasilitator klompok menghitung rataan skor dari setiap ide. Skor terendah dari sebuah merupakan prioritas tertinggi bagi dia. Teknik “nominal group/NGT” ini akan baik, bila semua anggota kelompok memberikan pendapat-pendapat mereka, dan diskusi tidak didominasi oleh segelintir pendapat partisipan anggota kelompok (a few vocal group members) .
3. The Final Decision (Keputusan Akhir)
Ada banyak jalan yang bisa dilakukan suatu kelompok untuk mengambil sebuah keputusan, membuat suatu solusi, atau menghasilkan agreement (kesepakatan).
Di antaranya yang populer sebagai “decision-making,” meliputi :
(a) Consensus: Semua partisipan anggota kelompok bersepakat dlm keputusan (final decision) via diskusi & debat kelompok
(b) Compromise
(c) Majority vote: Keputusan didasarkan kepada pendapat mayoritas (suara terbanyak) anggota-anggota kelompok.
(d) Decision by Leader: Kelompok menerima keputusan kepada putusan ketua kelompok.
(e) Arbitration: Sebuah badan atau orang dari luar kelompok yg memberikan keputusan akhir
DISKUSI MEDIASI & NEGOSIASI
Mediasi adalah intervensi negosiasi atau sebuah perselisihan dengan menggunakan pihak ketiga dimana pihak tersebut memiliki keterbatasan atau tidak memiliki kekuasaan dalam membuat keputusan, tetapi pihak tersebut memberikan bantuan secara sukarela pada pihak-pihak yang bertikai untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan aatau mencapai resolusi persoalan. sehingga meminimalkan biaya dan gangguan psikologis. mediasi pada dasarnya adalah sebuah dialog atau negosiasi dengan melibatkan pihak ketiga.
Negosiasi dilaksanakan pada waktu:
1. saling bergantung dan harus bergantung pada kerjasama satu dengan yang lain untuk mendapatkan tujuan atau memenuhi kepentingan mereka
2. mampu untuk saling mempengaruhi dan untuk mengusahakan atau mencegah tindakan yang dapat menyebabkan kerugian.
3. ditekankan oleh deadline dan keterbatasan waktu dan share motivasi pada tahap awal perjumpaan.
4. sadar bahwa berbagai alternatif untuk sebuah penyelesaian negosiasi tidak muncul seperti pada tahap tawar-menawar dimana mereka dapat mencapai apa yang mereka inginkan dengan cara mereka sendiri.
5. mampu untuk mengidentifikasi pihak-pihak penting utama dan memasukkan mereka dalam proses pemecahan masalah.
6. mampu untuk mengidentifikasi dan menyetujui pada isu (pokok) persoalan yang dipertentangkan.
7. di dalam suatu situasi dimana kepentingan-kepentingan mereka tidak sepenuhnya bertentangan.
8. dipengaruhi oleh keterbatasan faktor eksternal, seperti keputusan yudisial yang tidak terduga, biaya, dll
Mediator dibutuhkan jika:
1. Emosi pihak-pihak yang bertikai meningkat
2. komunikasi di antar pihak-pihak yg terlibat buruk, baik kuantitas ataupun kualitas dan mereka tidak dapat merubah situasi dengan usaha mereka sendiri.
3. kesalahan persepsi atau stereotype
4. tindak-tanduk negatif yang dilakukan berulang-ulang.
5. terdapat ketidaksetujuan serius yang melebihi pengumpulan data dan informasi.
6. terdapat penggandaan pokok-pokok permasalahan yang dipertentangkan
7. terdapat banyak kepentingan yang bertentangan dimana pihak-pihak tersebut menemui kesulitan dan rekonsiliasi
8. pihak-pihak yang bertikai tidak memiliki prosedur negosiassi, menggunakan prosedur yang salah atau tidak menggunakan prosedur untuk mendapatkan keuntungan terbaik.
9. tidak terdapat struktur yang dapat diterima atau tidak ada forum untuk negosiasi.
10. pihak-pihak yang bertikai mengalami kesulitan memulai negosiasi atau sudah mencapai jalan buntun.
Peran Mediator:
1. membuka saluran komunikasi yang memiliki inisiatif komunikasi atau memfasilitasi komunikasi menjadi lebih baik jika pihak-pihak sudah terlanjur melakukan komunikasi.
2. pengesahan yang membantu semua pihak mengenali hak-hak mereka.
3. fasilitator yang menyediakan sebuah prosedur dan seringkali secara formal sebagai ketua sesi negosiasi
4. pelatih yang mendidik negosiator baru, tidak berpengalaman, atau tidak siap dalam proses tawar-menawar.
5. memberikan banyak akal, yakni yang menyediakan bantuan prosedur pada pihak-pihak yang bertikai dan menghubungkan mereka dengan ahi-ahli di luar dan sumber-sumber lainnya yang memungkinkan untuk memperluas pilihan-pilihan (opsi) penyelesain pertikaian.
6. penjelajah problem yang memungkinkan pihak-pihak yang bertikai untuk memeriksa sebuah problem dari berbagai sudut pandang, membantu dalam memberikan definisi dasar berbagai pokok persoalan dan kepentingan, dan mencari opsi yang menguntungkan kedua belah pihak.
7. Agen realiti yang membantu membangun sebuah penyelesaian yang dapat diimplementasikan dan berbagai pertanyaan dan tantangan pihak-pihak yang memiliki tujuan ekstrem dan tidak realistis.
8. Scapgoat yang memungkinkan mengambil beberapa tanggung jawab.
9. pemimpin yang mengambil inisiatif untuk bergerak begosiasi maju ke depan dengan menggunakan saran-saran prosedural.
Kemungkinan Hasil:
a) kalah – menang, hasil terjadi saat: satu pihak memiliki kekuasaan yang besar sekali, tidak terlalu mementingkan hubungan baik kedepannya, taruhan untuk kemenangan tinggi, satu pihak benar-benar asertif dan pihak lainnya yang bertikai tidak bergantung pada kerjasama mutual (saling menguntungkan), satu atau lebih pihak tidak kooperatif dan tidak bersedia untuk mengikutsertakan kooperatif pemecahan masalah.
b) Jalan buntu, terjadi saat: kedua belah pihak memilih untuk menghindari konflik dengan berbagai alasan. kedua belah pihak memiliki cukup kekuasaan untuk memaksa pokok-pokok persoalan. kurangnya kepercayaan, buruknya komunikasi, emosi yang ekspresif atau ketidakcukupan proses resolusi. taruhan untuk kemenangan rendah atau kedua belah pihak tidak perdulu pada perselisihan. kepentingan kedua belah pihak tidak saling berhubungan. satu atau lebih pihak tidak kooperatif.
c) Kompromi, terjadi saat: kedua belah pihak tidak memiliki cukup kekuasaan untuk menang secara penuh. kedua belah pihak bersikap komunikasi asertif. kepentingan kedua belah pihak saling bergantung. kedua belah pihak memiliki waktu ekstra untuk kooperatif dan tawar-menawar.
d) Menang – menang, hasil terjadi saat: kedua belah pihak tidak menggunakan pertarungan kekuasaan. mementingkan hubungan baik ke depannya. kedua belah pihak adalah pemecah/penyelesai masalah yang asertif. kepentingan (interest) kedua belah pihak benar-benar saling bergantung. kedua belah pihak bebas untuk berkooperatif dan untuk bergabung dalam memecahkan masalah.



VIII. Pengambilan Keputusan Partisipatif di Sekolah
Pengambilan keputusan partisipatif merupakan suatu pengem¬bangan konsep to grasp, menurut Allen dan Glikman (1992). Kegiatan itu mencakup perubahan fundamental mengenai cara sekolah dikelola dan cara mengungkapkan peranan dan hubungan kepala sekolah dengan masyarakat sekolah. Pengambilan keputusan partisipatif adalah proses membuat keputusan sekolah dalam suasana kerjasama pada semua level. Proses ini berlangsung dalam pola membagi pengambilan keputusan yang “tidak dilakukan sekali dan kemudian dilupakan”, melainkan dilakukan secara berkelanjutan.
Menurut Newel (1992), pembuatan keputusan parti¬sipatif dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik sebab sejumlah pemikiran orang diperkenalkan dalam memecahkan suatu masalah. Jika orang dilibatkan dalam membuat keputusan maka orang tersebut lebih suka untuk melaksanakan keputusan itu secara efektif. Prosedur partisipasi dalam pembuatan keputusan membantu penyatuan tujuan individu dengan tujuan organisasi. Partisipasi dalam pembuatan keputusan bermakna bagi perkembangan individu dan bagi upaya fungsionalisasi diri, proses membangun keterampilan kelompok dan pengembangan kompetensi kepemimpinan. Barangkali, nilai yang paling besar dari keikutsertaan dalam pengambilan keputusan adalah kekuatan pengertian yang disampaikan kepada individu. Peserta membutuhkan respek dari orang lain dalam rangka aktualisasi dirinya.
Berbagai penelitian menemukan bahwa orang memberikan respek dan memperoleh manfaat dari teknik pengambilan keputusan partisipatif. Temuan itu menunjukkan bahwa:
1. Individu kehilangan kepentingan dalam pemecahan masalah jika tidak terlibat secara aktif;
2. Partisipasi dalam pembuatan keputusan me¬ngurangi penolakan terhadap perubahan, karena kelompok dapat terus berfungsi secara efektif meskipun kehilangan kedudukan sebagai pemimpin jika kepemimpinan telah dibagi dengan anggota kelompok;
3. Keterlibatan dalam pengawasan yang berhubungan dengan tugas dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja;
4. Interaksi kelompok seringkali mengarahkan untuk mengambil risiko lebih besar atas bagian daripada anggota kelompok, bahwa kelompok pembuat keputusan memperkuat nilai perilaku anggota kelompok yang secara umum diterima dalam budaya tertentu;
5. Partisipasi dalam pembuatan keputusan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepuasan guru di sekolah;
Temuan penelitian di atas meneguhkan asumsi bahwa peningkatan peranan individu dan kelompok dalam proses pembuatan keputusan dapat meningkatkan produktivitas dan kepuasan diri yang lebih besar. Penelitian ini juga menemukan bahwa peningkatan peranan manajemen (level) bawah dalam pembuatan keputusan dapat meningkatkan produktivitas.
Disamping temuan penelitian di atas, ada beberapa temuan berbeda yang diperoleh dalam penelitian Alutto dan Belasco (Newwel, 1978) yang telah meng¬identifikasi tiga keadaan keputusan dari para guru, yaitu: (1) kehilangan (guru yang ingin lebih berpartisipasi); (2) keseimbangan (guru yang ingin tidak ada perubahan dalam partisipasinya sekarang); (3) kejenuhan (para guru yang ingin mengurangi partisipasinya). Temuan ini berdasarkan pandangan guru muda yang mengajar pada sekolah menengah di daerah pinggiran yang merasa kehilangan kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan. Sedangkan guru yang lebih tua pada sekolah dasar di daerah pertanian cenderung mengalami rasa jenuh yang sangat besar dalam pengambilan keputusan. Singkatnya, temuan penelitian secara umum mengindikasikan bahwa keterlibatan dalam pengambilan keputusan sangat disukai, tetapi struktur pembuatan keputusan harus cukup fleksibel untuk membolehkan bagi keragaman tingkat partisipasi.
Menurut Simon (1985: 177), aspek in¬ternal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku individu dalam organisasi hubungannya dengan pengambilan keputusan adalah kewenangan, komunikasi, pelatihan, efisiensi dan loyalitas kepatuhan. Kelima aspek ini merupakan konsep yang dapat mendorong seseorang membuat dan melaksanakan keputusan organisasi. Di dalamnya ada premis nilai dan premis fakta. Oleh karena itu, kewenangan ada dalam struktur formal organisasi yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap perilaku seseorang sebagai anggota organisasi dibanding yang lainnya. Unity dan coordination membentuk group mind.
Simon (1985: 179) selanjutnya menyatakan bahwa “Authority is as the power to make decision which guide actions of anothers”. Dalam hal ini pola perilaku dari kewenangan menurutnya adalah perintah. Kewenangan ada dalam hubungan antara atasan dengan bawahan. Oleh karena itu, pimpinan membuat dan mengirimkan keputusan dengan harapan bawahan menerima. Sementara itu, bawahan berharap akan melakukan pekerjaan berdasarkan keputusan tersebut.
Cara manajer menentukan saat yang tepat menggunakan wewenangnya adalah dengan cara mengomunikasikan keputusan yang dibuatnya kepada bawahan untuk memelihara koordinasi perilaku dalam satu kelompok dimana keputusan atasan dikomunikasikan kepada yang lain. Dalam hal ini fungsi keputusan menurut Simon (1997: 187) ada tiga, yaitu (1) it enforce responsibility of the individual to choose who wield the authority; (2) it secures expertise in the making of decisions; (3) it permits coordination of activity. Dengan demikian, jika semua warga sekolah memahami fungsi keputusan yang mencakup upaya mem¬perkuat tanggung jawab individu kepala sekolah bersama warga sekolah untuk mau menjalankan kewenangan, memelihara keahlian dalam membuat keputusan dan memungkinkan adanya koordinasi aktivitas maka konflik dapat dihindarkan di antara anggota organisasi sekolah.
Pertimbangan yang dijadikan sebagai premis dalam meng¬gunakan wewenang adalah pertimbangan nilai dan pertimbangan fakta. Pertimbangan nilai menyangkut nilai, budaya, pandangan dan pengalaman seseorang yang dipakainya dalam meng¬gunakan wewenang. Sedangkan pertimbangan fakta berdasarkan data dan informasi yang ada untuk digunakan dalam kewenangan organisasi. Kedua pertimbangan tersebut sangat penting difungsikan dalam wewenang karena dengan begitu akan dapat melahirkan loyalitas bawahan melaksanakan keputusan.
Menurut Bauer (1992), pengambilan keputusan partisipatif meliputi banyak bentuk dan menekankan beberapa keyakinan umum atau premis. Pertama, keputusan partisipatif berarti lebih dekat kepada anak didik dan tindakannya sehingga akan dibuat keputusan terbaik tentang pendidikan bagi anak-anak. Kedua, ¬guru, orang tua dan staf sekolah memiliki lebih banyak pendapat tentang kebijakan dan program yang mempengaruhi sekolah dan anak didik. Ketiga, tanggung jawab pengambilan keputusan partisipatif memiliki kekuatan dalam menentukan keputusan. Akhirnya, perubahan yang dilakukan cocok dan efektif dan bila dilaksanakan maka keputusan tersebut menjadi milik bersama kepala sekolah dan seluruh warga sekolah.
Tujuan pengambilan keputusan partisipatif ialah untuk meningkatkan efektivitas sekolah dan pembelajaran murid dengan cara peningkatan komitmen staf dan menjamin bahwa sekolah lebih bertanggung jawab terhadap kebutuhan anak didik dan masyarakat. Keberhasilan anak didik dan prestasi yang dicapai dipelihara dalam pencerahan pemikiran kita sebagai alasan untuk mengimplementasikan pemikiran tentang pengambilan keputusan partisipatif. Penggunaan teknik pengambilan keputusan partisipatif ini bertujuan untuk pergantian akuntabilitas atau mengabaikan tanggung jawab dari atas kepada pusat kekuatan staf, membuat sederhana pembagian pengambilan keputusan kepada yang lain. Setiap orang yang berpartisipasi membuat keputusan harus dimintai tanggung jawab terhadap hasil yang dicapai.
Pengambilan keputusan partisipatif memiliki nilai potensial untuk meningkatkan mutu keputusan, mempermudah penerimaan keputusan dan pelaksanaannya, membangkitkan kekuatan moral staf, meneguhkan komitmen dan tim kerja, membangun kepercayaan, membantu staf dan administrator memperoleh keterampilan baru dan meningkatkan keefektifan sekolah.
Sejumlah alternatif besar dapat diajukan dan dianalisis bila banyak orang dilibatkan. Hal itu seringkali menghasilkan pendekatan inovatif terhadap persoalan. Otonomi dapat dikembangkan, keputusan lebih baik dicapai dibandingkan dengan manajemen sekolah terpusat. Kepercayaan sekolah juga ditingkatkan sehingga staf memperoleh pengertian tentang kompleksitas manajemen dan kepala sekolah mempelajari penghargaan atas pertimbangan program.
Ada beberapa petunjuk yang disarankan oleh para perintis pengambilan keputusan bersama (partisipatif) sebagai berikut:
1. Mulai dari yang kecil dan berjalan dengan pelan. Untuk hal ini banyak bukti yang dapat dijadikan sebagai pelajaran dalam adopsi inovasi. Oleh karena itu, pengambilan keputusan partisipatif akan lebih berhasil jika diawali dengan langkah kecil daripada “perubahan menyeluruh” yang dianggap asing oleh warga sekolah. Caranya ialah menganalisis kebutuhan sekolah, kemudian mengadaptasi pemilihan proses yang memperhatikan situasi lokal. Komponennya dapat ditambahkan bila staf sudah siap.

2. Setuju atas penataan yang khusus. Tidak ada kebenaran “tunggal” dalam cara melakukan pengambilan keputusan bersama. Hal itu bergantung atas apa yang diinginkan dari kebersamaan. Banyak sekolah mengembangkan satu tim pengambilan keputusan atau menggunakan kelompok lain atau komite. Jika tidak ada mandat maka dapat diputuskan orang yang akan terlibat (bisa saja guru, pelajar, orang tua, anggota masyarakat dan konsultan luar). Ukuran kelompok dapat bervariasi dari sembilan sampai tujuh belas orang yang penting ada jaminan bahwa kelompok terwakili. Selanjutnya, menentukan bagaimana keputusan akan dibuat (ambil suara terbanyak atau konsensus) dan siapa yang akan membuat keputusan akhir atas persoalan yang dihadapi.


3. Prosedur yang jelas mengenai peranan dan harapan. Staf membutuhkan pengertian akan langkah-langkah dan prosedur untuk diikuti sebelum keputusan dibuat. Ketidakjelasan proses menciptakan kebingungan yang menimbulkan fragmentasi tindakan. Sementara itu, kejelasan proses memberdayakan anggota kelompok juga membutuhkan pengertian apakah mereka diikutkan membuat batang tubuh keputusan atau sebagai pemberi masukan saja. Hal ini akan mengurangi moral kelompok untuk berpikir membuat keputusan hanya mengambil keputusan demi kepentingannya semata.

4. Berikan kesempatan setiap orang untuk melibatkan diri. Keputusan yang dibuat berdasarkan pemikiran administratif dalam menghadapi memilih atau kelompok sukarelawan mungkin mendahului sebagai keputusan dari atas ke bawah. Kedudukan para sukarelawan atau kekuatan tugas mereka memberikan peluang baginya untuk berpartisipasi sebanyak atau sesedikit mungkin sesuai yang diinginkan. Paling tidak, semua guru dan staf dapat mengaksesnya.

5. Bangun kepercayaan dan dukungan. Jika kurang kepercayaan dan penghargaan di antara administrator, guru dan staf maka dapat dipastikan pengambilan keputusan bersama kurang dapat diterima. Oleh karena itu, jangan menolak solusi kelompok atau lebih kuat memberikan keputusan kepada kelompok pengambil keputusan bersama. Derajat dukungan yang kurang juga menjadi gagal jika kultur luar sekolah tidak berubah.


IX. Mengenal 5 tipe gaya keputusan.
Dari hasil survei yang dilakukan oleh Center of Creative Leadership (CCL), terdapat beberapa tipe atau gaya pengambilan keputusan, sebagai berikut:
• Memutuskan sendiri.
Anda dalam memutuskan tidak memerlukan suatu diskusi dengan siapapun. Dalam mengambil keputusan anda hanya mengandalkan informasi yang ada secara tertulis.
• Mencari informasi, kemudian memutuskannya sendiri.
Anda berusaha mencari informasi dari bawahan anda sebagai bahan pertimbangan. Pada bawahan, anda hanya sekedar bertukar pikiran dan tidak memintanya untuk memberi masukan.

• Berkonsultasi dengan bawahan anda, tetapi keputusan tetap anda buat sendiri.
mengajak bawahan anda untuk membahas masalah dan meminta masukan dari mereka. Bawahan yang anda ajak bicara secara selektif anda tentukan sendiri. Masukan atau hasil diskusi dengan bawahan diolah sendiri untuk kemudian anda putuskan tanpa melibatkan mereka.
• Konsultasi dengan tim kerja dan kemudian memutuskannya sendiri.
Anda berkonsultasi dengan Tim Kerja, dan meminta mereka untuk terlibat secara aktif dalam pembahasan masalah. Keputusan tetap anda tentukan sendiri, tanpa meminta kesepakatan dari mereka terlebih dahulu.
• Bersama-sama bawahan anda mengambil keputusan.
Masalah didiskusikan secara bersama-sama, baik yang menyangkut alternatif maupun pilihan keputusan. Keputusan yang anda ambil harus mendapatkan persetujuan bersama.

EPILEPSI



A. Pengertian
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto, 2007)
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2000)
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik (anonim, 2008)
B.Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagianbesara belum diketahui (Idiopatik) Sering terjadi pada:
1.Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2.Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3.Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4.Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5.Tumor Otak
6.kelainan pembuluh darah
(Tarwoto, 2007)
C.Patofisiologi
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-jutaneron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik sarafyang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saran di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
D.Manifestasi klinik
1.Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan
2.Kelainan gambaran EEG
3.Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen
4.Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)
E.Klasifikasi kejang
1.Kejang Parsial
a.Parsial Sederhana
Gejala dasar, umumnya tanpa gangguan kesadaran Misal: hanya satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak Dengan gejala sensorik khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak umum/tdk nyaman
b.Parsial Kompleks
Dengan gejala kompleks, umumnya dengan ganguan kesadaran
Dengan gejala kognitif, afektif, psiko sensori, psikomotor. Misalnya: individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, tetapi individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat
2.Kejang Umum (grandmal)
Melibatkan kedua hemisfer otak yang menyebabkan kedua sisi tubuh bereaksi Terjadi kekauan intens pada seluruh tubuh (tonik) yang diikuti dengan kejang yang bergantian dengan relaksasi dan kontraksi otot (Klonik) Disertai dengan penurunan kesadaran, kejang umum terdiri dari:
a.Kejang Tonik-Klonik
b.Kejang Tonik
c.Kejang Klonik
d.Kejang Atonik
e.Kejang Myoklonik
f.Spasme kelumpuhan
g.Tidak ada kejang
3.Kejang Tidak Diklasifikasikan/ digolongkan karena datanya tidak lengkap.
F.Pemeriksaan diagnostik
1.CT Scan  untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral
2.Elektroensefalogram(EEG)  untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu serangan
3.magnetik resonance imaging (MRI)
4.kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.
G.Penatalaksanaan
1.Dilakukan secara manual, juga diarahkan untuk mencegah terjadinya kejang
2.Farmakoterapi anti kovulsion untuk mengontrol kejang
3.Pembedahan untuk pasien epilepsi akibat tumor otak, abses, kista atau adanya anomali vaskuler
4.jenis obat yang sering digunakan
a.Phenobarbital (luminal). P
–Paling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitas rendah.
b. Primidone (mysolin)
–Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid.
c.Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).
–Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah DPH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis.
–Tak berhasiat terhadap petit mal.
–Efek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan darah.
d.Carbamazine (tegretol).
–Mempunyai khasiat psikotropik yangmungkin disebabkan pengontrolan bangkitan epilepsi itusendiri atau mungkin juga carbamazine memang mempunyaiefek psikotropik.
–Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang sering disertai gangguan tingkahlaku.
–Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguanfungsi hati.
e. Diazepam.
–Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi.).
–Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya lambat. Sebaiknya diberikan i.v. atau intra rektal.
f.Nitrazepam (inogadon).
–Terutama dipakai untuk spasme infantil dan bangkitan mioklonus.
g.Ethosuximide (zarontine).
–Merupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal
h. Na-valproat (dopakene)
–obat pilihan kedua pada petit mal
–Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.
–obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.
–Efek samping mual, muntah, anorexia
i.Acetazolamide (diamox).
–Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan epilepsi.
–Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi.
j.ACTH
–Seringkali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme infantil.
H.Pengkajian
1.riwayat kesehatan
a.riwayat keluarga dengan kejang
b.riwayat kejang demam
c.tumor intrakranial
d.trauma kepal terbuka, stroke
2.riwayat kejang
a.berapa sering terjadi kejang
b.gambaran kejang seperti apa
c.apakah sebelum kejang ada tanda-tanda awal
d.apa yang dilakuakn pasien setelah kejang
3.riwayat penggunaan obat
a.nama obat yang dipakai
b.dosis obat
c.berapa kali penggunaan obat
d.kapan putus obat
4.pemeriksaan fisik
a.tingkat kesadaran
b.abnormal posisi mata
c.perubahan pupil
d.garakan motorik
e.tingkah laku setelah kejang
f.apnea
g.cyanosis
h.saliva banyak
5.psikososial
a.usia
b.jenis kelamin
c.pekerjaan
d.peran dalam keluarga
e.strategi koping yang digunakan
f.gaya hidup dan dukungan yang ada
6.pengetahuan pasien dan keluarga
a.kondisi penyakit dan pengobatan
b.kondisi kronik
c.kemampuan membaca dan belajar
7.pemeriksaan diagnostik
a.laboratorium
b.radiologi
I.Diagnosa keperawatan
1.resiko injury b/d aktivitas kejang
2.resiko tinggi tidak efektif jalan nafas, pola nafas b/d kerusakan persepsi
3.cemas b/d terjadinya kejang
4.kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
J.intervensi keperawatan
1.Dx: resiko tinggi tidak efektif jalan nafas, pola nafas b/d kerusakan persepsi
Intervensi:
Mandiri
a. Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu/gigi palsu atau alat yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal.
b. Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang.
c. Tanggalkan pakaian pada daerah leher/abdomen.
d. Masukkan spatel lidah atau gulugan benda lunak sesuai dengan indiksi.
e. Lakukan penghisapan sesuai indikasi.
Kolaborasi
a. Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan pada fase posiktal.
b. Siapkan untukmelakukan intubasi, jika ada indikasi
2. Dx: Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
Mandiri
a. Jelaskan kembali mengenai patofisiologi/ prognosis penyakit dan perlunya pengobata/penanganan dalam jangka waktu yang lama sesuai indikasi.
b. Tinjau kembali obat-obat yang didapat, penting sekali memakan obat sesuai petunjuk, dan tidak menghentikan pengobatan tanpa pengawasan dokter. Termasuk petunjuk untuk pengurasi dosis.
c. Berikan petunjuk yang jelas pada pasien untuk minum obat bersamaan dengan waktu makan, jika memungkinkan.
d. Diskusikan mengenai efek samping secara khusus, seperi mengantuk, hiperaktif, gangguan tidur, hipertrofi pada gusi, gangguan penglihatan, mual/muntah, ruam pada kulit, sinkope/ataksia, kelahiran yang terganggu dan anemia aplastik.
e. Anjurkan pasien untuk menggunakan semacam gelang identifikasi/semacam petunjuk yang memberitahukan bahwa pasien adalah penderita epilepsi.
f. Tekankan perlunya untuk melakukan evaluasi yang teratur/melakukan pemeriksaan laboratorium yang teratur sesuai dengan indikasi, seperti darah lengkap harus diperiksa minimal dua kali dalam satu tahun dan munculnya sakit tenggorok atau demam.
g. Bicarakan kembali kemungkinan efek dari perubahan hormonal
h. Diskusikan manfaat dari kesehatan umum yang baik, seperti diet yang adekuat, istirahat yang cukup, latihan yang cukup dan hindari bahaya, alkohol, kefein dan obaat yang dapat menstimulasi kejang.
i. Tinjau kembali pentingnya kebersihan mulut dan perawatan gigi teratur.
j. Identifikasi perlunya penerimaan terhadap keterbatasan yang dimiliki, diskusikan tindakan keamanan yang diperhatikan saat mengemudi, menggunakan alat mekanik, panjat tebing, berenang, hobi dan sejenisnya.