PENGAMBILAN KEPUTUSAN
I.PENGERTIAN
Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan (decision making) diproses oleh pengambilan keputusan (decision maker) yang hasilnya keputusan (decision).
Defenisi-defenisi Pengambilan Keputusan Menurut Beberapa Ahli :
G. R. Terry
Pengambilan keputusan dapat didefenisikan sebagai “pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada”.
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara bertindak—adalah inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
Theo Haiman
Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan keputusan, suatu pemilihan cara bertindak. Dalam hubungan ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak yang dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti penempatan untuk mencapai sasaran dan pemecahan masalah.
Drs. H. Malayu S.P Hasibuan
Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada masa yang akan datang dan bagian dari tanggung jawab pimpinan organisasi yang membuthkan informasi lengkap, benar, dan up to date. Sebelum keputusan diambil, terlebih dulu perlu dirumuskan dan dibuat alternatif-alternatifnya. dari satu alternatif yang dipilih kemudian harus tetap dipantau pelaksanaanya.
II.Macam-Macam Keputusan
a. Keputusan Auto Generated
Keputusan semacam ini diambil dengan cepat dan kurang memperthatikan., mepertimbangkan data, informasi, fakta, dan lapangan keputusannya. Keputusan auto generated ini kurang baik, sebab resikonya tinggi.
b. Keputusan Induced
Keputusan induced diambil berdasarkan scientific managemen atau managemen ilmiah, sehingga keputusan itu logisk, ideal, rasional untuk dilaksanakan dan resikonya relative kecil; cuma proses pengambilan keputusan lebih lambat.
Pengambilan keputusan adalah manajer (pemimpin) baik secara “individual decision maupun group decision” yang mempunyai kewenangan untuk memutuskannya.
Individual decision, keputusan “hanya” ditetapkan oleh seorang manajer; sedang para bawahan hanya dapat berpartisipasi memberikan saran-saran, pendapat-pendapat, dan informasi saja, tetapi tidak berhak untuk ikut memutuskannya.
Kebaikannya:
1. keputusan dapat diambil secara cepat
2. penanggungjawab keputusan itu jelas
3. biaya pengambilan keputusan relative kecil
4. kecakapan seorang manajer dapat dimanfaatkan
Keburukannya:
1. keputusan itu kurang baik, sebab kemampuan decision maker terbatas
2. prestise manajer akan berkurang, jika keputusannya ternyata salah
3. realisasi keputusan mengalami kesulitan, sebab para bawahan kurang meresapinya
4. pembinaan bawahan kurang diperhatikan, karena mereka tidak diikutkan dalam menetapkan keputusan, akibatnya kesinambungan pimpinan oganisasi kurang terjamin
Group decision, keputusan itu ditetapkan oleh para anggota grup, baik atas hasil mufakat dan musyawarah, maupun atas voting. Dalam proses pengambilan keputusan anggota grup ikut berperan aktif membicarakan tujuan dari “keputusan, resiko, dan dampak keputusan serta ikut menetapkan keputusan tersebut”.
Kebaikannya:
1. keputusan rewlatif lebih baik, logis, ideal, sebab merupakan hasil pemikiran dari beberapa orang
2. kecenderungan untuk bertibdak otoriter dapat dihindarkan
3. kerjasama relative akan dapat ditingkatkan diantara sesama anggota grup
4. resiko dan dampak negative dari keputusan semakin kecil
5. pembinaan para annggota grup akan lebih baik
Keburukannya:
1. pengambilan keputusan relative lama, bahkan sering bertele-tele
2. biaya pengambilan keputusan relative lebih banyak
3. penanggungjawab keputusan kurang jelas
4. minoritas kadang-kadang terpaksa menyetujui keputusan karena kalah suara
III.Macam-macam keputusan
Menurut bidangnya, dalam usaha atau bisnis ada beberapa tipe keputusan sebagai berikut.
a. Keputusan produksi
Keputusan produksi berhubungan dengan :
1) Luasnya perusahaan
2) Susunan (lay out) perusahaan
3) Lokasi perusahaan
4) Metode-metode produksi
5) Pembayaran gaji atau upah
6) Riset pemasaran dan teknik
7) Praktek pembelian dan penjualan
8) Inspeksi supervisi
9) Jumlah inventaris
b. Keputusan penjualan
Keputusan penjualan berhubungan dengan :
1) Lokasi kantor-kantor penjualan
2) Riset pemasaran
3) Saluran-saluran pemasaran
4) Jenis dan luasnya reklame
5) Metode bidang penjualan
6) Pengepakan produk
7) Penggunaan merk dagang
8) Penetapan harga produk
9) Promosi dan distribusi
c. Keputusan permodalan
Keputusan permodalan berhubungan dengan :
1) Struktur modal
2) Usaha modal baru
3) Syarat-syarat kredit
4) Rencana permodalan kembali
5) Likuidasi
6) Pembayaran deviden
7) Jumlah tenaga kerja dan jam kerja
8) Penetapan biaya ekspolitasi.
9) Prosedur kantor.
10)Peleburan usaha atau bisnis
Keputusan yang diambil oleh seorang Wirausaha, hendaknya tidak semata-mata didasarkan atas aklamasi. Seorang Wirausaha yang efektif dan efisien dapat mengambil keputusan dengan sebaik-baiknya apabila didasarkan pada berbagai pendapat yang bertentangan, serta dialogdialog antara pandangan yang berbeda-beda. Setelah keputusan siap dibuat, dan semua alternatif telah dijajagi, serta risiko untung ruginya
sudah dipertimbangkan maka selanjutnya adalah membangkitkan keberanian untuk memutuskan suatu tujuan.
1. Keputusan yang benar dan efektif semata-mata dilandasi oleh
keinginan, selera, dan sifat subyektivitas si pembuat keputusan.
2. Kepribadian dan sikap Wirausaha dalam melaksanakan sebuah
keputusan dapat mempengaruhi hasil bisnisnya. Sekali sebuah keputusan sudah diambil, hendaknya jangan ragu-ragu untuk melaksanakannya.
3. Mengelak dalam membuat keputusan adalah lebih jelek daripada membuat keputusan yang salah.
Upaya-Upaya Pengambilan Keputusan
1.Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya
2 Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan
3. Membantu klien mengevaluasi pilihan
4. Membantu klien menyusun rencana kerja
IV.Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Fisik
Didasarkan pada rasa yang alami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
Emosional
Didasarkan pd perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
V.Jenis-jenis Keputusan
Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori: yaitu keputusan yang direncanakan/ diprogram dan keputusan yang tidak direncanakan/ tidak terprogram.
1.Keputusan yang diprogram
Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang diprogram misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).
2.Keputusan yang tidak diprogram
Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan(Wijono,1999).
Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang tidak diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono, 1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.
VI.PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
7 langkah Proses pengambilan keputusan, yaitu:
(1) Menetapkan tujuan dan sasaran
(2) Identifikasi persoalan
(3) Mengembangkan alternatif
(4) Menentukan alternatif
(5) Memilih alternatif
(6) Menerapkan keputusan
(7) Pengendalian dan evaluasi.
VII .TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. STANDARD AGENDA (Agenda Standa/SA):
Dikembangkan oleh John Dewey, pemikiran reflektif (tepekur/ kontemplasi) yang mencakup kehati-hatian, pendekatan sistematik utk sebuah masalah.
Ada 6 konsep Standar yg perlu dilakukan, yakni:
(a) Identifikasi masalah
(b) Analisis masalah
(c) Tentukan kriteria seleksi. Apa tujuan akhir diskusi?
(d) Membuat solusi umum. Hindari solusi “group thinking” dgn cara membuat list dari berbagai solusi yang ada.
(e) Evaluasi solusi dan seleksilah. Ukur masing2 solusi vs kriteria yg telah ditetapkan sebelumnya pada poin 3)
(f) Melaksanakan solusi.
2. NOMINAL GROUP TECHNIQUE (Tenik Kelompok Nominal/NGT)
adalah: alat yg digunakan utk membuat keputusan dalam kelompok, ketika kelompok harus membuat rank order dari berbagai pilihan atau opsi. Untuk dapat menggunakan NGT, anggota kelompok bekerja sendiri-sendiri à me-list semua alternatif penyelesaian masalah/isu. Kadangkala Nominal Group Technique digunakan setelah sessi brainstorming dilakukan. Kemudian, fasilitator kelompok meminta setiap anggota kelompok scr individual membuat opsi prioritas dari yg terendah sampai yang tinggi prioritasnya. Akhirnya, fasilitator klompok menghitung rataan skor dari setiap ide. Skor terendah dari sebuah merupakan prioritas tertinggi bagi dia. Teknik “nominal group/NGT” ini akan baik, bila semua anggota kelompok memberikan pendapat-pendapat mereka, dan diskusi tidak didominasi oleh segelintir pendapat partisipan anggota kelompok (a few vocal group members) .
3. The Final Decision (Keputusan Akhir)
Ada banyak jalan yang bisa dilakukan suatu kelompok untuk mengambil sebuah keputusan, membuat suatu solusi, atau menghasilkan agreement (kesepakatan).
Di antaranya yang populer sebagai “decision-making,” meliputi :
(a) Consensus: Semua partisipan anggota kelompok bersepakat dlm keputusan (final decision) via diskusi & debat kelompok
(b) Compromise
(c) Majority vote: Keputusan didasarkan kepada pendapat mayoritas (suara terbanyak) anggota-anggota kelompok.
(d) Decision by Leader: Kelompok menerima keputusan kepada putusan ketua kelompok.
(e) Arbitration: Sebuah badan atau orang dari luar kelompok yg memberikan keputusan akhir
DISKUSI MEDIASI & NEGOSIASI
Mediasi adalah intervensi negosiasi atau sebuah perselisihan dengan menggunakan pihak ketiga dimana pihak tersebut memiliki keterbatasan atau tidak memiliki kekuasaan dalam membuat keputusan, tetapi pihak tersebut memberikan bantuan secara sukarela pada pihak-pihak yang bertikai untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan aatau mencapai resolusi persoalan. sehingga meminimalkan biaya dan gangguan psikologis. mediasi pada dasarnya adalah sebuah dialog atau negosiasi dengan melibatkan pihak ketiga.
Negosiasi dilaksanakan pada waktu:
1. saling bergantung dan harus bergantung pada kerjasama satu dengan yang lain untuk mendapatkan tujuan atau memenuhi kepentingan mereka
2. mampu untuk saling mempengaruhi dan untuk mengusahakan atau mencegah tindakan yang dapat menyebabkan kerugian.
3. ditekankan oleh deadline dan keterbatasan waktu dan share motivasi pada tahap awal perjumpaan.
4. sadar bahwa berbagai alternatif untuk sebuah penyelesaian negosiasi tidak muncul seperti pada tahap tawar-menawar dimana mereka dapat mencapai apa yang mereka inginkan dengan cara mereka sendiri.
5. mampu untuk mengidentifikasi pihak-pihak penting utama dan memasukkan mereka dalam proses pemecahan masalah.
6. mampu untuk mengidentifikasi dan menyetujui pada isu (pokok) persoalan yang dipertentangkan.
7. di dalam suatu situasi dimana kepentingan-kepentingan mereka tidak sepenuhnya bertentangan.
8. dipengaruhi oleh keterbatasan faktor eksternal, seperti keputusan yudisial yang tidak terduga, biaya, dll
Mediator dibutuhkan jika:
1. Emosi pihak-pihak yang bertikai meningkat
2. komunikasi di antar pihak-pihak yg terlibat buruk, baik kuantitas ataupun kualitas dan mereka tidak dapat merubah situasi dengan usaha mereka sendiri.
3. kesalahan persepsi atau stereotype
4. tindak-tanduk negatif yang dilakukan berulang-ulang.
5. terdapat ketidaksetujuan serius yang melebihi pengumpulan data dan informasi.
6. terdapat penggandaan pokok-pokok permasalahan yang dipertentangkan
7. terdapat banyak kepentingan yang bertentangan dimana pihak-pihak tersebut menemui kesulitan dan rekonsiliasi
8. pihak-pihak yang bertikai tidak memiliki prosedur negosiassi, menggunakan prosedur yang salah atau tidak menggunakan prosedur untuk mendapatkan keuntungan terbaik.
9. tidak terdapat struktur yang dapat diterima atau tidak ada forum untuk negosiasi.
10. pihak-pihak yang bertikai mengalami kesulitan memulai negosiasi atau sudah mencapai jalan buntun.
Peran Mediator:
1. membuka saluran komunikasi yang memiliki inisiatif komunikasi atau memfasilitasi komunikasi menjadi lebih baik jika pihak-pihak sudah terlanjur melakukan komunikasi.
2. pengesahan yang membantu semua pihak mengenali hak-hak mereka.
3. fasilitator yang menyediakan sebuah prosedur dan seringkali secara formal sebagai ketua sesi negosiasi
4. pelatih yang mendidik negosiator baru, tidak berpengalaman, atau tidak siap dalam proses tawar-menawar.
5. memberikan banyak akal, yakni yang menyediakan bantuan prosedur pada pihak-pihak yang bertikai dan menghubungkan mereka dengan ahi-ahli di luar dan sumber-sumber lainnya yang memungkinkan untuk memperluas pilihan-pilihan (opsi) penyelesain pertikaian.
6. penjelajah problem yang memungkinkan pihak-pihak yang bertikai untuk memeriksa sebuah problem dari berbagai sudut pandang, membantu dalam memberikan definisi dasar berbagai pokok persoalan dan kepentingan, dan mencari opsi yang menguntungkan kedua belah pihak.
7. Agen realiti yang membantu membangun sebuah penyelesaian yang dapat diimplementasikan dan berbagai pertanyaan dan tantangan pihak-pihak yang memiliki tujuan ekstrem dan tidak realistis.
8. Scapgoat yang memungkinkan mengambil beberapa tanggung jawab.
9. pemimpin yang mengambil inisiatif untuk bergerak begosiasi maju ke depan dengan menggunakan saran-saran prosedural.
Kemungkinan Hasil:
a) kalah – menang, hasil terjadi saat: satu pihak memiliki kekuasaan yang besar sekali, tidak terlalu mementingkan hubungan baik kedepannya, taruhan untuk kemenangan tinggi, satu pihak benar-benar asertif dan pihak lainnya yang bertikai tidak bergantung pada kerjasama mutual (saling menguntungkan), satu atau lebih pihak tidak kooperatif dan tidak bersedia untuk mengikutsertakan kooperatif pemecahan masalah.
b) Jalan buntu, terjadi saat: kedua belah pihak memilih untuk menghindari konflik dengan berbagai alasan. kedua belah pihak memiliki cukup kekuasaan untuk memaksa pokok-pokok persoalan. kurangnya kepercayaan, buruknya komunikasi, emosi yang ekspresif atau ketidakcukupan proses resolusi. taruhan untuk kemenangan rendah atau kedua belah pihak tidak perdulu pada perselisihan. kepentingan kedua belah pihak tidak saling berhubungan. satu atau lebih pihak tidak kooperatif.
c) Kompromi, terjadi saat: kedua belah pihak tidak memiliki cukup kekuasaan untuk menang secara penuh. kedua belah pihak bersikap komunikasi asertif. kepentingan kedua belah pihak saling bergantung. kedua belah pihak memiliki waktu ekstra untuk kooperatif dan tawar-menawar.
d) Menang – menang, hasil terjadi saat: kedua belah pihak tidak menggunakan pertarungan kekuasaan. mementingkan hubungan baik ke depannya. kedua belah pihak adalah pemecah/penyelesai masalah yang asertif. kepentingan (interest) kedua belah pihak benar-benar saling bergantung. kedua belah pihak bebas untuk berkooperatif dan untuk bergabung dalam memecahkan masalah.
VIII. Pengambilan Keputusan Partisipatif di Sekolah
Pengambilan keputusan partisipatif merupakan suatu pengem¬bangan konsep to grasp, menurut Allen dan Glikman (1992). Kegiatan itu mencakup perubahan fundamental mengenai cara sekolah dikelola dan cara mengungkapkan peranan dan hubungan kepala sekolah dengan masyarakat sekolah. Pengambilan keputusan partisipatif adalah proses membuat keputusan sekolah dalam suasana kerjasama pada semua level. Proses ini berlangsung dalam pola membagi pengambilan keputusan yang “tidak dilakukan sekali dan kemudian dilupakan”, melainkan dilakukan secara berkelanjutan.
Menurut Newel (1992), pembuatan keputusan parti¬sipatif dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik sebab sejumlah pemikiran orang diperkenalkan dalam memecahkan suatu masalah. Jika orang dilibatkan dalam membuat keputusan maka orang tersebut lebih suka untuk melaksanakan keputusan itu secara efektif. Prosedur partisipasi dalam pembuatan keputusan membantu penyatuan tujuan individu dengan tujuan organisasi. Partisipasi dalam pembuatan keputusan bermakna bagi perkembangan individu dan bagi upaya fungsionalisasi diri, proses membangun keterampilan kelompok dan pengembangan kompetensi kepemimpinan. Barangkali, nilai yang paling besar dari keikutsertaan dalam pengambilan keputusan adalah kekuatan pengertian yang disampaikan kepada individu. Peserta membutuhkan respek dari orang lain dalam rangka aktualisasi dirinya.
Berbagai penelitian menemukan bahwa orang memberikan respek dan memperoleh manfaat dari teknik pengambilan keputusan partisipatif. Temuan itu menunjukkan bahwa:
1. Individu kehilangan kepentingan dalam pemecahan masalah jika tidak terlibat secara aktif;
2. Partisipasi dalam pembuatan keputusan me¬ngurangi penolakan terhadap perubahan, karena kelompok dapat terus berfungsi secara efektif meskipun kehilangan kedudukan sebagai pemimpin jika kepemimpinan telah dibagi dengan anggota kelompok;
3. Keterlibatan dalam pengawasan yang berhubungan dengan tugas dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja;
4. Interaksi kelompok seringkali mengarahkan untuk mengambil risiko lebih besar atas bagian daripada anggota kelompok, bahwa kelompok pembuat keputusan memperkuat nilai perilaku anggota kelompok yang secara umum diterima dalam budaya tertentu;
5. Partisipasi dalam pembuatan keputusan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepuasan guru di sekolah;
Temuan penelitian di atas meneguhkan asumsi bahwa peningkatan peranan individu dan kelompok dalam proses pembuatan keputusan dapat meningkatkan produktivitas dan kepuasan diri yang lebih besar. Penelitian ini juga menemukan bahwa peningkatan peranan manajemen (level) bawah dalam pembuatan keputusan dapat meningkatkan produktivitas.
Disamping temuan penelitian di atas, ada beberapa temuan berbeda yang diperoleh dalam penelitian Alutto dan Belasco (Newwel, 1978) yang telah meng¬identifikasi tiga keadaan keputusan dari para guru, yaitu: (1) kehilangan (guru yang ingin lebih berpartisipasi); (2) keseimbangan (guru yang ingin tidak ada perubahan dalam partisipasinya sekarang); (3) kejenuhan (para guru yang ingin mengurangi partisipasinya). Temuan ini berdasarkan pandangan guru muda yang mengajar pada sekolah menengah di daerah pinggiran yang merasa kehilangan kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan. Sedangkan guru yang lebih tua pada sekolah dasar di daerah pertanian cenderung mengalami rasa jenuh yang sangat besar dalam pengambilan keputusan. Singkatnya, temuan penelitian secara umum mengindikasikan bahwa keterlibatan dalam pengambilan keputusan sangat disukai, tetapi struktur pembuatan keputusan harus cukup fleksibel untuk membolehkan bagi keragaman tingkat partisipasi.
Menurut Simon (1985: 177), aspek in¬ternal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku individu dalam organisasi hubungannya dengan pengambilan keputusan adalah kewenangan, komunikasi, pelatihan, efisiensi dan loyalitas kepatuhan. Kelima aspek ini merupakan konsep yang dapat mendorong seseorang membuat dan melaksanakan keputusan organisasi. Di dalamnya ada premis nilai dan premis fakta. Oleh karena itu, kewenangan ada dalam struktur formal organisasi yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap perilaku seseorang sebagai anggota organisasi dibanding yang lainnya. Unity dan coordination membentuk group mind.
Simon (1985: 179) selanjutnya menyatakan bahwa “Authority is as the power to make decision which guide actions of anothers”. Dalam hal ini pola perilaku dari kewenangan menurutnya adalah perintah. Kewenangan ada dalam hubungan antara atasan dengan bawahan. Oleh karena itu, pimpinan membuat dan mengirimkan keputusan dengan harapan bawahan menerima. Sementara itu, bawahan berharap akan melakukan pekerjaan berdasarkan keputusan tersebut.
Cara manajer menentukan saat yang tepat menggunakan wewenangnya adalah dengan cara mengomunikasikan keputusan yang dibuatnya kepada bawahan untuk memelihara koordinasi perilaku dalam satu kelompok dimana keputusan atasan dikomunikasikan kepada yang lain. Dalam hal ini fungsi keputusan menurut Simon (1997: 187) ada tiga, yaitu (1) it enforce responsibility of the individual to choose who wield the authority; (2) it secures expertise in the making of decisions; (3) it permits coordination of activity. Dengan demikian, jika semua warga sekolah memahami fungsi keputusan yang mencakup upaya mem¬perkuat tanggung jawab individu kepala sekolah bersama warga sekolah untuk mau menjalankan kewenangan, memelihara keahlian dalam membuat keputusan dan memungkinkan adanya koordinasi aktivitas maka konflik dapat dihindarkan di antara anggota organisasi sekolah.
Pertimbangan yang dijadikan sebagai premis dalam meng¬gunakan wewenang adalah pertimbangan nilai dan pertimbangan fakta. Pertimbangan nilai menyangkut nilai, budaya, pandangan dan pengalaman seseorang yang dipakainya dalam meng¬gunakan wewenang. Sedangkan pertimbangan fakta berdasarkan data dan informasi yang ada untuk digunakan dalam kewenangan organisasi. Kedua pertimbangan tersebut sangat penting difungsikan dalam wewenang karena dengan begitu akan dapat melahirkan loyalitas bawahan melaksanakan keputusan.
Menurut Bauer (1992), pengambilan keputusan partisipatif meliputi banyak bentuk dan menekankan beberapa keyakinan umum atau premis. Pertama, keputusan partisipatif berarti lebih dekat kepada anak didik dan tindakannya sehingga akan dibuat keputusan terbaik tentang pendidikan bagi anak-anak. Kedua, ¬guru, orang tua dan staf sekolah memiliki lebih banyak pendapat tentang kebijakan dan program yang mempengaruhi sekolah dan anak didik. Ketiga, tanggung jawab pengambilan keputusan partisipatif memiliki kekuatan dalam menentukan keputusan. Akhirnya, perubahan yang dilakukan cocok dan efektif dan bila dilaksanakan maka keputusan tersebut menjadi milik bersama kepala sekolah dan seluruh warga sekolah.
Tujuan pengambilan keputusan partisipatif ialah untuk meningkatkan efektivitas sekolah dan pembelajaran murid dengan cara peningkatan komitmen staf dan menjamin bahwa sekolah lebih bertanggung jawab terhadap kebutuhan anak didik dan masyarakat. Keberhasilan anak didik dan prestasi yang dicapai dipelihara dalam pencerahan pemikiran kita sebagai alasan untuk mengimplementasikan pemikiran tentang pengambilan keputusan partisipatif. Penggunaan teknik pengambilan keputusan partisipatif ini bertujuan untuk pergantian akuntabilitas atau mengabaikan tanggung jawab dari atas kepada pusat kekuatan staf, membuat sederhana pembagian pengambilan keputusan kepada yang lain. Setiap orang yang berpartisipasi membuat keputusan harus dimintai tanggung jawab terhadap hasil yang dicapai.
Pengambilan keputusan partisipatif memiliki nilai potensial untuk meningkatkan mutu keputusan, mempermudah penerimaan keputusan dan pelaksanaannya, membangkitkan kekuatan moral staf, meneguhkan komitmen dan tim kerja, membangun kepercayaan, membantu staf dan administrator memperoleh keterampilan baru dan meningkatkan keefektifan sekolah.
Sejumlah alternatif besar dapat diajukan dan dianalisis bila banyak orang dilibatkan. Hal itu seringkali menghasilkan pendekatan inovatif terhadap persoalan. Otonomi dapat dikembangkan, keputusan lebih baik dicapai dibandingkan dengan manajemen sekolah terpusat. Kepercayaan sekolah juga ditingkatkan sehingga staf memperoleh pengertian tentang kompleksitas manajemen dan kepala sekolah mempelajari penghargaan atas pertimbangan program.
Ada beberapa petunjuk yang disarankan oleh para perintis pengambilan keputusan bersama (partisipatif) sebagai berikut:
1. Mulai dari yang kecil dan berjalan dengan pelan. Untuk hal ini banyak bukti yang dapat dijadikan sebagai pelajaran dalam adopsi inovasi. Oleh karena itu, pengambilan keputusan partisipatif akan lebih berhasil jika diawali dengan langkah kecil daripada “perubahan menyeluruh” yang dianggap asing oleh warga sekolah. Caranya ialah menganalisis kebutuhan sekolah, kemudian mengadaptasi pemilihan proses yang memperhatikan situasi lokal. Komponennya dapat ditambahkan bila staf sudah siap.
2. Setuju atas penataan yang khusus. Tidak ada kebenaran “tunggal” dalam cara melakukan pengambilan keputusan bersama. Hal itu bergantung atas apa yang diinginkan dari kebersamaan. Banyak sekolah mengembangkan satu tim pengambilan keputusan atau menggunakan kelompok lain atau komite. Jika tidak ada mandat maka dapat diputuskan orang yang akan terlibat (bisa saja guru, pelajar, orang tua, anggota masyarakat dan konsultan luar). Ukuran kelompok dapat bervariasi dari sembilan sampai tujuh belas orang yang penting ada jaminan bahwa kelompok terwakili. Selanjutnya, menentukan bagaimana keputusan akan dibuat (ambil suara terbanyak atau konsensus) dan siapa yang akan membuat keputusan akhir atas persoalan yang dihadapi.
3. Prosedur yang jelas mengenai peranan dan harapan. Staf membutuhkan pengertian akan langkah-langkah dan prosedur untuk diikuti sebelum keputusan dibuat. Ketidakjelasan proses menciptakan kebingungan yang menimbulkan fragmentasi tindakan. Sementara itu, kejelasan proses memberdayakan anggota kelompok juga membutuhkan pengertian apakah mereka diikutkan membuat batang tubuh keputusan atau sebagai pemberi masukan saja. Hal ini akan mengurangi moral kelompok untuk berpikir membuat keputusan hanya mengambil keputusan demi kepentingannya semata.
4. Berikan kesempatan setiap orang untuk melibatkan diri. Keputusan yang dibuat berdasarkan pemikiran administratif dalam menghadapi memilih atau kelompok sukarelawan mungkin mendahului sebagai keputusan dari atas ke bawah. Kedudukan para sukarelawan atau kekuatan tugas mereka memberikan peluang baginya untuk berpartisipasi sebanyak atau sesedikit mungkin sesuai yang diinginkan. Paling tidak, semua guru dan staf dapat mengaksesnya.
5. Bangun kepercayaan dan dukungan. Jika kurang kepercayaan dan penghargaan di antara administrator, guru dan staf maka dapat dipastikan pengambilan keputusan bersama kurang dapat diterima. Oleh karena itu, jangan menolak solusi kelompok atau lebih kuat memberikan keputusan kepada kelompok pengambil keputusan bersama. Derajat dukungan yang kurang juga menjadi gagal jika kultur luar sekolah tidak berubah.
IX. Mengenal 5 tipe gaya keputusan.
Dari hasil survei yang dilakukan oleh Center of Creative Leadership (CCL), terdapat beberapa tipe atau gaya pengambilan keputusan, sebagai berikut:
• Memutuskan sendiri.
Anda dalam memutuskan tidak memerlukan suatu diskusi dengan siapapun. Dalam mengambil keputusan anda hanya mengandalkan informasi yang ada secara tertulis.
• Mencari informasi, kemudian memutuskannya sendiri.
Anda berusaha mencari informasi dari bawahan anda sebagai bahan pertimbangan. Pada bawahan, anda hanya sekedar bertukar pikiran dan tidak memintanya untuk memberi masukan.
• Berkonsultasi dengan bawahan anda, tetapi keputusan tetap anda buat sendiri.
mengajak bawahan anda untuk membahas masalah dan meminta masukan dari mereka. Bawahan yang anda ajak bicara secara selektif anda tentukan sendiri. Masukan atau hasil diskusi dengan bawahan diolah sendiri untuk kemudian anda putuskan tanpa melibatkan mereka.
• Konsultasi dengan tim kerja dan kemudian memutuskannya sendiri.
Anda berkonsultasi dengan Tim Kerja, dan meminta mereka untuk terlibat secara aktif dalam pembahasan masalah. Keputusan tetap anda tentukan sendiri, tanpa meminta kesepakatan dari mereka terlebih dahulu.
• Bersama-sama bawahan anda mengambil keputusan.
Masalah didiskusikan secara bersama-sama, baik yang menyangkut alternatif maupun pilihan keputusan. Keputusan yang anda ambil harus mendapatkan persetujuan bersama.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda